Tuesday, March 29, 2011

Iklan Dan Kekerasan Simbolik

Sesuai dengan namanya, kekerasan simbolik jelas bukan kekerasan fisik. Simbol adalah mekanisme representasi, dapat berwujud tekstual, visual, warna atau bunyi. Fenomena simbolik merupakan gejala yang khas manusiawi. Hanya manusia yang mampu menciptakan dan memaknai simbol karena kemampuan akal budinya. Karena itu memahami simbol merupakan kerja akal-budi.


Kekerasan simbolik adalah mekanisme komunikasi yang ditandai dengan relasi kekuasaan yang timpang dan hegemonik di mana pihak yang satu memandang diri lebih superior entah dari segi moral, ras, etnis, agama ataupun jenis kelamin dan usia. Tiap tindak kekerasan pada dasarnya mengandaikan hubungan dan atau komunikasi yang sewenang-wenang di antara dua pihak. Dalam hal kekerasan simbolik hubungan tersebut berkaitan dengan pencitraan pihak lain yang bias, monopoli makna, dan pemaksaan makna entah secara tekstual, visual, warna.


Dengan tidak kita sadari iklan dapat membentuk pola pikir masyarakat. Sehingga semua masyarakat memiliki pandangan yang sama tentang suatu persepsi. Oleh karena itu iklan harus diciptakan dengan pesan dan maksud yang baik, sehingga masyarakat memiliki pola pikir yang baik juga.

Tuesday, March 22, 2011

IKLAN DAN PERILAKU KONSUMEN

Iklan merupakan suatu alat komunikasi yang menarik dan digunakan para pemasar dalam memikat para konsumen agar membeli dan bertindak menurut cara yang diinginkan misalnya berlangganan di toko ritel, melakukan pembelian bahkan dalam membujuk memberikan suara pada saat pemilu dan pilkada. Iklan sendiri bisa dalam bentuk verbal (baik tertulis atau lisan), visual (ilustrasi, gambar) atau kombinasi dari keduanya.


Seiring dengan perkembangan teknologi, mulai bermunculan produk−produk baru. Persaingan semakin seru, masuknya pendatang baru membawa angin segar dalam kompetisi produk. Ketika pengiklan dihadapkan dengan kenyataan yang ada, salah satu cara yang paling tepat adalah melakukan riset perilaku konsumen untuk menciptakan iklan yang efektif. Tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah produk. Agar periklanan dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayaknya 
dalam cara tertentu sehingga membuahkan hasil yang diinginkan, para pengiklan pertama-tama 
harus memahami khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir 
konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka dengan lingkungan dimana mereka 
hidup.


keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Keinginan dan kebutuhan para konsumen terus-menerus berubah. Seandainya para pengiklan berharap dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayak, mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir para konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, dan dengan lingkungan dimana mereka hidup.  Perilaku  konsumen juga dipengaruhi oleh berbagai faktor pribadi dan psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian. Dalam menciptakan iklan yang efektif perlu memperhatikan perilaku konsumen yang hendak dituju.  Pengiklan harus mengetahui karakterisik konsumen, karena tujuan  dari periklanan itu sendiri untuk membujuk konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Karena itulah riset perilaku konsumen yang didasarkan pada faktor budaya, sosial, pribadi serta psikologis menjadi faktor yang sangat penting dalam menganalisis kebutuhan dan karakteristik pembelian konsumen.



Tuesday, March 15, 2011

Semiotika Dalam Arsitektur

Semiotika berasal dari bahasa Yunani "semeion" yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Mampu menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Dalam perkembangannya muncul tiga aliran semiotika yaitu semiotika komunikatif, konotatif, dan ekspansif.

simbolisme arsitektur
"Bangunan, meskipun benda mati namun tak berarti tak “berjiwa”. Oleh karena itu, bangunan merupakan sesuatu yang sebenarnya selalu dinafasi oleh kehidupan manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, oleh nafsu dan cita-citanya. Ada dua lingkungan masalah yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bangunan, yaitu guna dan citra." (Mangunwijaya, 1995:25)




Guna dalam bahasa inggris berarti use : pemanfaatan, dalam hal ini adalah keuntungan yang bisadiperoleh dari bangunan. Guna dalam arti kata sesungguhnya tidak hanya berarti manfaat, untung materiil belaka, tapi lebih dari itu mempunyai daya yang menyebabkan kita hidup lebih meningkat.Citra bisa langsung menunjuk pada suatu kesan, gambaran “image”, arti yang diperoleh dari sebuah penghayatan terhadap sesuatu.






Citra masih terkait dengan guna, namun citra lebih terkait dengan spiritual, yang mampu menggambarkan sang pemilik. Citra lebih menunjuk pada tingkat kebudayaan sedangkan guna lebih menuding pada segi keterampilan/kemampuan. Guna dan citra muncul sebagai suatu penjelmaan nilai yang terkandung dalam arsitektur dengan istilah yang pada akhirnya mampu terapresiasikan pada kata dan simbol-simbol.

Harkat, martabat dan derajat manusia merupakan sesuatu yang paling sering menggunakan arsitektur sebagai penunjuk identitasnya dengan mengimplementasikan unsur-unsur dalam desain arsitektur. Kasus dalam kseharian banyak dijumpai nilai-nilai arsitektur yang tanpa disengaja memaksa kita untuk menerjemahkan dan menafsiri setiap simbol-simbol.






Tuesday, March 8, 2011

Semiotika: Tanda Dan Makna

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu seme; semeiotikos yang berarti penafsiran tanda.

Tanda sendiri dibagi menjadi 2, yaitu :
  • Tanda alami (natural) = contohnya demam yang ditandai dengan suhu tubuh manusia yang tinggi.
  • Tanda yang disepakati (konvensional) = contohnya adalah rambu-rambu lalu lintas.


Semua kenyataan cultural adalah tanda. Kita memang hidup di dunia yang penuh dengan tanda dan diri kitapun bagian dari tanda itu sendiri.
Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.



Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning) . Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim tanda yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.


Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya; mangacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh saya maupun teman saya yang berprestasi. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.

Tuesday, March 1, 2011

Perkembangan Bahasa Melayu

Pada kuliah ini, pak dosen membahas tentang sejarah bahasa khususnya bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang disempurnakan dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia didirikan pada 28 Oktober 1928 yang bertepatan juga dengan hari Sumpah pemuda.


Bahasa Melayu mencakup sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan beberapa tempat lain. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia, dan Malaysia, bahasa nasional Singapura; dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa Melayu merupakan lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik di Nusantara pada masa pra-kolonial. Migrasi kemudian juga turut memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika selatan, Sri lanka, Thailand selatan, Filipina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini.


Sejarah

Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia, penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di dunia.
Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara pallawa Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam tiga tahap utama, yaitu
  • Bahasa Melayu Kuna (abad ke-7 hingga abad ke-13)
  • Bahasa Melayu Klasik, mulai ditulis dengan huruf jawi (sejak abad ke-15)
  • Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20)


Komentar saya dengan adanya sesi kuoiah ini, saya jadi mengetahui dari mana asal bahasa indoneisa dan sejarah bahasa melayu yang sudah ada sejak nenek moyang kita.